Esensialismedan Perenialisme adalah dua jenis filosofi pendidikan yang berpusat pada guru. Esensialisme adalah aliran filsafat yang didasarkan pada paham idealism klasik dan realisme. saling menolong dalam kebaikan; menyadari perbedaan itu adalah kenyataan sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup di dunia dan akhirat; Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan berbagai pihak, sekurang-kurangnya pendidik dan peserta didik. Partisipasi dari berbagai pihak menjadi modal untuk mencapai keberhasilan. Progresivisme dan esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang dapat diterapkan sebagai dasar epistemologi untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat partisipasif dengan alasan 1 Bahwa keduanya menghendaki agar tidak ada pendidikan bercorak otoriter, sejak berkembangnya aliran ini sampai sekarang; 2 Aliran ini menitikberatkan perhatiannya pada kemajuan Ilmu pengetahuan dan kebudayaan; 3 Pengalaman merupakan dinamika hidup; 4 Progresivisme tidak hanya mengakui akan adanya ide-ide, teori-teori, atau cita-cita, tetapi sesuatu yang ada itu harus bermakna bagi suatu kemajuan atau tujuan yang baik; 5 Progresivisme dan esensialisme mendorong manusia untuk memfungsikan jiwa untuk membina hidup yang dinamis dan tegar dalam menghadapi berbagai persoalan yang silih berganti. Kata Kunci Aliran Pendidikan, Progresivisme dan Esensialisme Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 29 TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN ESENSIALISME DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN Yunus Universitas Majalengka ABSTRAK Proses pendidikan melibatkan berbagai pihak, sekurang-kurangnya pendidik dan peserta didik. Partisipasi dari berbagai pihak menjadi modal untuk mencapai keberhasilan. Progresivisme dan esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang dapat diterapkan sebagai dasar epistemologi untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat partisipasif dengan alasan 1 Bahwa keduanya menghendaki agar tidak ada pendidikan bercorak otoriter, sejak berkembangnya aliran ini sampai sekarang; 2 Aliran ini menitikberatkan perhatiannya pada kemajuan Ilmu pengetahuan dan kebudayaan; 3 Pengalaman merupakan dinamika hidup; 4 Progresivisme tidak hanya mengakui akan adanya ide-ide, teori-teori, atau cita-cita, tetapi sesuatu yang ada itu harus bermakna bagi suatu kemajuan atau tujuan yang baik; 5 Progresivisme dan esensialisme mendorong manusia untuk memfungsikan jiwa untuk membina hidup yang dinamis dan tegar dalam menghadapi berbagai persoalan yang silih berganti. Kata Kunci Aliran Pendidikan, Progresivisme dan Esensialisme _____________________ 1 Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Agama Islam Universitas Majalengka Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 30 Pendahuluan Pada dasarnya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia secara manusiawi agar peserta didik memiliki kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan intisari dari tujuan pendidikan, baik dalam hal pembentukan kepribadian, keterampilan maupun sikap dan kemampuan untuk patuh kepada perintah Tuhan, taat beribadah, dan menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, nilai-nilai kemanusiaan yang diharapkan adalah kesediaan seseorang untuk berserah diri kepada Tuhan sehingga memperoleh keselamatan dan kedamaian. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan, diantaranya adalah faktor landasan filsafat, terutama dalam hal menentukan arah dan tujuan pendidikan yang diharmoniskan dengan nilai-nilai filsafat baik secara ontologis, epistemologis, maupun aksiologis. Ontologis berkenaan dengan pertanyaan mengapa harus ada pendidikan, bagaimana merancang pendidikan, serta apa yang ingin dicapai setelah pendidikan dilakukan. Adapun ranah epistemologi berkenaan dengan proses dan pengetahuan apa yang akan digunakan dalam proses serta ilmu pengetahuan apa yang akan diperoleh peserta didik setelah proses ditempuh. Sedangkan aksiologi berkenaan dengan nilai-nilai kegunaan atau manfaat dari pendidikan tersebut. Berkenaan dengan landasan-landasan epistemologi, terdapat berbagai aliran yang dapat digunakan dengan berbagai karakter dan kekhasannya. Dalam penelitian ini, telaah difokuskan kepada dua aliran yang sudah ada sejak lama, yakni aliran progresivisme dan esensialisme. Progresivisme 1. Perkembangan Semula, dalam menempuh perjalanan hidup dan kehidupannya selama berabad-abad silam manusia menghadapi dunia ini hanya dengan kekuatan ototnya. Dengan cara tersebut tidak banyak yang dihasilkan, tidak banyak pula kemajuan yang dialami, sehingga berpengaruh kepada tingkat peradaban masyarakat. Tetapi, keadaan mulai berbeda setelah lahirnya ilmu pengetahuan yang teratur. Dengan ilmu pengetahuan banyak ide baru yang muncul, banyak benda budaya yang tercipta, banyak corak dalam menjalani kehidupan, bahkan seni pun terus berkembang. Sejalan dengan hal itu, manusia secara berangsur mulai menyadari betapa hebatnya kemampuan yang dimilikinya ketika mempergunakan otak sejalan dengan tangan dan anggota badan lainnya secara bersamaan, maka terbayanglah harapan ke depan bahwa dunia ini dapat diperbaiki, lingkungan dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan manusia. Tetapi bukanlah karena kesadaran manusia yang berangsur-angsur terhadap hebatnya pengetahuan saja, bahkan ide tentang kemajuan pun pada akhirnya tumbuh dan disadari. Selain itu, lambat laun menusia menyadari pula bahwa dunia ini merupakan jalan bagi upaya pencapaian tujuan hidupnya. Dari segi istilah, pada dasarnya kata progress merupakan kata baru yang baru bisa dipahami serta dimengerti maksud dan arti sebenarnya sekitar abad ke-19. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa maksud dari kata tersebut sekarang ini telah dipergunakan dan dikenal di dalam segala pengalaman hidup yang mengandung ide perbaikan dalam segala aspek kehidupan, seperti bidang politik, kemasyarakatan, hubungan kemanusiaan, ekonomi, kehidupan keluarga, perawatan anak, dan termasuk juga bidang kehidupan beragama. Aliran filsafat progresivisme ini senantiasa berusaha mengembangkan asas kemajuan dalam semua realita, terutama dalam kehidupan untuk tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia. Kemudian, bagi yang menganut aliran ini dalam bertindak harus praktis, dalam Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 31 melihat segala sesuatu harus mampu menemukan manfaat dari segi keunggulannya. Menurut Muis 2004, Progresivisme disebut instrumentalisme, eksperimental, atau environmentalisme. Disebut instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa potensi atau kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, dan untuk mengembangkan kepribadian. Dinamakan eksperimental atau empirik karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Progresivisme dinamakan juga environ-mentalisme karena aliran ini menganggap bahwa lingkungan hidup ini mempengaruhi pembinaan kepribadian seseorang. Muis, 2004. Pendapat lain menyatakan bahwa aliran progresivisme sepaham dengan psikologi pragmatisme yang berpendapat bahwa suatu keterangan itu benar kalau kebenaran itu sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan akan dikatakan benar kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan. Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi ilmu hayat, antropologi, dan psikologi. Ilmu hayat berguna bagi manusia untuk mengetahui semua masalah dirinya secara biologis dan kehidupan. Ilmu antropologi berguna bagi manusia agar mengenal dirinya, bahwa manusia memiliki pengalaman dan kemampuan mencipta budaya, sehingga manusia dapat mencari dan menciptakan hal baru. Adapun psikologi berguna bagi manusia bahwa dirinya mampu berpikir, bahkan memikirkan tentang dirinya, tentang lingkungan, pengalaman masa lalu, harapan di masa depan, sifat-sifat alam, serta dapat menguasai dan mengatur alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Pandangan Tentang Pendidikan a. Pendidikan Aliran progresivisme ini pernah berjaya di Amerika. Dalam pendidikan, progresivisme merupakan bagian dari gerakan reformis umum bidang sosial-politik yang menandai kehidupan orang Amerika. Progresivisme merupakan teori yang mucul dalam reaksi terhadap pendidikan tradisional yang selalu menekankan kepada metode formal pengajaran. Pada dasarnya teori ini menekankan beberapa prinsip, antara lain; 1 Proses pendidikan berawal dan berakhir pada peserta didik; 2 Peserta didik adalah sesuatu yang aktif, bukan pasif; 3 Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah; 4 Sekolah harus menciptakan iklim yang bersifat kooperatif dan demokratif; 5 Aktifitas pembelajaran lebih focus pada pemecahan masalah bukan untuk mengajarkan materi kajian. Menurut pandangan progresivisme, proses pendidikan memiliki dua bidang garapan, yaitu psikologis dan sosiologis. Dilihat dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui potensi dan daya yang ada pada peserta didik untuk dikembangkan. Dengan mengenal hal tersebut, pendidik dapat memilih cara yang tepat dan landasan apa yang akan digunakan. Jika memperhatikan peran pandangan progresivisme di beberapa negara maju, psikologi yang banyak digunakan adalah aliran behaviorisme dan pragmatisme. Hal ini sejalan dengan teori bahwa aliran progresivisme disebut juga instrumentalisme, eksperimental, atau environmentalisme yang erat kaitannya dengan alat, pengalaman, lingkungan, serta kemajuan dan manfaat dari suatu aktivitas yang dilakukan, termasuk aktivitas pendidikan. Dilihat dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana potensi dan daya itu harus dibimbing agar potensi yang dimiliki peserta didik dapat dirubah menjadi sesuatu yang berguna bagi anak tersebut. Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 32 b. Kurikulum Dalam pendidikan, terutama jalur pendidikan formal, kurikulum memegang peranan penting. Kurikulum sebagai jantung pendidikan tidak saja dimaknai sebagai seperangkat mata pelajaran yang dirancang untuk disajikan dalam sebuah program sekolah, melainkan memiliki arti yang lebih luas. Oleh sebab itu, para pakar memaknai kurikulum dengan titik berat yang berbeda. Bahkan ada yang melihat dari arti sempit dan arti luas, ada juga yang melihat dari segi fungsi atau kegunaannya, ada juga yang melihat dari segi ruang lingkupnya. Musgave menekankan pengertian kurikulum pada ruang lingkup, terutama yang berkenaan dengan pengalaman belajar, baik pengalaman di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Aktifitas dan pengalaman peserta didik seyogyanya selalu berada dalam pengawasan lembaga pendidikan sekolah. Kemudian, Hirts dan Petters mengemukakan pengertian kurikulum dengan menekankan pada aspek fungsional. Dalam hal ini, kurikulum diposisikan sebagai rambu-rambu yang menjadi acuan dalam proses pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Progresivisme memiliki pandangan bahwa kurikulum merupakan pengalaman mendidik, bersifat eksperimental, dan adanya rencana serta susunan langkah yang teratur. Pengalaman belajar berupa pengalaman apa saja yang serasi dengan tujuan menurut prinsip-prinsip yang telah digariskan dalam pendidikan, di mana setiap proses pembelajaran yang ada membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Dalam prakteknya, progresivisme merupakan aliran pendidikan yang berpusat pada siswa. Secara lebih spesifik, proses pembelajaran penekanan lebih besar diarahkan pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata empiris, dan pengalaman teman sebaya. Menurut Dewey, dalam konteks sekolah progresivisme lebih menekankan pada peserta didik dan minatnya dibanding pada mata pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, muncul istilah child centered curriculum dan child centered school. Progresivisme mempersiapkan peserta didik masa kini dibanding masa depan yang belum jelas. Hal ini diungkapkan juga oleh Dewey, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Implikasinya, pandangan Dewey tentang pendidikan yang berlandaskan aliran progresivisme menyatakan bahwa aktifitas peserta didik perbanyak terlebih dahulu dalam berpartisipasi pada kegiatan fisik, baru kemudian diarahkan pada peminatan Barnadib, 1997. Dalam ajaran Islam, pendidikan menempati posisi yang tinggi dan strategis, karena hanya melalui pendidikan orang dapat memperoleh ilmu, dan dengan ilmu orang mengenal dirinya, Tuhannya, dan alam semesta. Selain itu, hanya dengan pendidikanlah seseorang dapat memahami posisi dirinya di samping posisi Tuhan, sehingga akan muncul kesadaran tentang ibadah dan mematuhi Tuhannya. Dalam urusan dunia, dengan pendidikan manusia akan mampu menghadapi berbagai rintangan selama menjalani hidup dan kehidupannya. Khusus ilmu, dalam ajaran Islam merupakan hal yang sangat penting, sehingga menuntut ilmu hukumnya wajib. Dibandingkan dengan hal lain, ilmu memiliki keunggulan luar biasa, bahkan ibadahpun tidak akan diterima tanpa didasari ilmu. Demikian pula apabila dikaitkan dengan strata sosial. Tinggi rendahnya derajat seseorang, di samping iman dan takwa juga di tentukan oleh kualitas keilmuannya. Oleh karena ilmu dapat menentukan kualitas seseorang, maka keberadaan pendidikan sebagai sebuah proses perolehan ilmu menjadi sangat penting. Karena itu, proses pencarian ilmu harus terus menerus dilakukan, dimana pun kdan apanpun, baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 33 Essensi pendidikan dalam ajaran Islam dipahami sebagai sebuah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai ajaran Islam terhadap peserta didik, melalui pengembangan potensi sesuai fitrahnya agar memperoleh keseimbangan hidup dalam semua aspeknya, terutama keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam pada hakikatnya adalah proses pewarisan nilai-nilai Islami untuk menggembangkan potensi manusia, dan sekaligus proses produksi nilai-nilai budaya Islam baru sebagai hasil interaksi potensi dengan lingkungan dan konteks zamannya sesuai ruang lingkup filsafat pendidikan Islam di atas mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam sebagai sebuah disiplin ilmu Nata, 1996. Dalam hal pendidikan secara umum, kurikulum sebagai inti pendidikan tidak saja dimaknai sebagai seperangkat rangkaian mata pelajaran yang ditawarkan sebagai jiwa dalam sebuah program pendidikan di sekolah, tetapi kurikulum pun mengandung makna yang lebih luas. Oleh karena itu, para pakar memaknai kurikulum dengan titik berat yang berbeda. Hirts dan Petters menekankan pada aspek fungsional, dalam hal ini kurikulum diposisikan sebagai rambu-rambu yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Selain itu, kurikulum dijadikan acuan juga oleh pengelola lembaga pendidikan, karena sarana dan prasarana serta pendukung lainnya harus disiapkan agar benar-benar sesuai dengan tuntutan kurikulum. Makna lain dari kurikulum dikemukakan oleh Musgave yang lebih menekankan pada ruang lingkup pengalaman belajar yang meliputi pengalaman di luar maupun di dalam sekolah. Pendapat Musgave ini sejalan dengan pendapat Stephen yang menyatakan bahwa kurikulum mencakup semua materi pelajaran, aktivitas dan pengalaman peserta didik, dimana ia berada dalam pengawasan lembaga pendidikan, baik yang terjadi di luar maupun di dalam kelas. c. Pendidik Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2004 tentang Guru dan Dosen, pada Pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Menurut pandangan filsafat progresivisme guru adalah penasihat, pembimbing, pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa saja otoriter terhadap muridnya. Guru disebut sebagai pembimbing karena mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang banyak di bidang pendidikan, memahami karakter peserta didik yang secara otomatis semestinya guru mampu menjadi penasihat manakala peserta didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik adalah membantu peserta didik bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga peserta didik akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam lingkungannya yang akan selalu berubah. Secara teoretis, John Dewey mengemukakan bahwa guru harus mengetahui ke arah mana anak akan berkembang, karena anak hidup dalam lingkungan yang senantiasa terjadi proses interaksi dalam sebuah situasi yang silih berganti dan berkelanjutan. Dalam penerapannya, prinsip keberlanjutan mengandung arti bahwa masa depan harus selalu diperhitungkan di setiap Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 34 tahapan dalam proses pendidikan. Dalam hal ini, guru harus mampu menciptakan suasana kondusif di dalam kelas dengan cara membangun kesadaran bersama dari setiap individu dalam upaya mencapai tujuan bersama. Upaya tersebut sesuai dengan tanggungjawab masing-masing dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, dan selalu konsisten pada tujuan tersebut Muis, 2004. Berkenaan dengan hal tersebut, teori progresivisme menyatakan bahwa tugas pendidik adalah sebagai pembimbing aktivitas peserta didik dan berusaha untuk memberikan kemungkinan terhadap terciptanya lingkungan terbaik yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Guru sebagai pembimbing, tidak boleh menonjolkan diri, melainkan harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak alamiah dari para peserta didik secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan dalam proses ini adalah pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memotivasi lebih penting daripada sekedar memberi informasi. Pendidik dan peserta didik bekerja sama dalam mengembangkan program belajar dan aktualisasi potensi peserta didik dalam kepemimpinan dan kemampuan lain yang dikehendaki dalam pendidikan. Dengan demikian dalam teori ini pendidik harus memiliki kelebihan dibanding manusia lainnya, antara lain jeli, teliti, telaten, konsisten, luwes, dan cermat dalam mengamati apa yang menjadi kebutuhan peserta didik, juga sanggup menguji dan mengevaluasi kepampuan-kemampuan peserta didik dalam tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi pembelajaran selanjutnya. Dengan kata lain pendidik harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola peserta didik, dalam arti akan berkembang dan bervariasi sebanyak variasi para peserta didik yang berada di bawah tanggungjawabnya. d. Peserta Didik Di Indonesia, menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 1 angka 4, dinyatakan bahwa “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”. Teori progresivisme menempatkan peserta didik pada posisi sentral dalam melakukan pembelajaran. karena peserta didik mempunyai kecenderungan alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada peserta didik suatu minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan. Peserta didik adalah makhluk yang memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk-makhluk lain karena peserta didik memiliki potensi kecerdasan. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai potensi atau kemampuan sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang mungkin merintanginya. Berkenaan dengan hal ini, tugas guru atau pendidik adalah meningkatkan kecerdasan potensial yang telah dimiliki sejak lahir menjadi kecerdasan realitas dalam lapangan pendidikan untuk dapat merespon segala perubahan yang terjadi di lingkungan di mana ia hidup dan beraktifitas. Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandamgan peserta didik sebagai mahluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan mahluk lain Barnadib. 1994. Secara institusional sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memelihara dan manjamin kebebasan berpikir dan berkreasi kepada para peserta didik, sehingga mereka memilki kemandirian dan aktualisasi diri. Namun demikian, pendidik tetap berkewajiban mengawasi dan mengontrol mereka guna meluruskan kesalahan yang Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 35 dihadapi peserta didik, khususnya dalam metodologi berpikir. Dengan demikian prasyarat yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah sikap aktif dan kreatif, bukan hanya menunggu kedatangan guru dalam mengisi dan mentransfer ilmunya kepada mereka. Peserta didik tidak boleh diperlakukan seperti bejana kosong yang akan diisi oleh penggunanya. Jika yang terjadi demikian, maka proses pembelajaran hanya berwujud transfer of knowledge dari seorang guru kepada murid. Tentu saja cara demikian tidak akan membawa hasil apalagi mencerdasakan sehingga dapat dikatakan bahwa upaya mencapai tujuan pendidikan mengalami kegagalan. e. Pandangan Belajar Menurut Gagne 1977, “belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang kebaradaannya berbeda dari sebelum individu ada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu”. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan yang terjadi tanpa sengaja atau serta-merta terjadi akibat perilaku yang bersifat naluriah. Hal ini berbeda dengan teori pendidikan progresivisme yang intinya bagaimana mengajarkan cara belajar yang tepat, sehingga seseorang dapat belajar setiap saat dari realitas secara mandiri, baik di dalam maupun di luar sekolah, pada saat, sedang, ataupun setelah menyelesaikan pendidikan formal. Dengan demikian sekolah akan dapat menghasilkan individu-individu yang cerdas, kreatif, dan inovatif yang pada gilirannya nanti dapat melakukan transformasi budaya positif ke arah yang lebih baik dari masyarakat yang progresif. Jika seseorang telah memiliki kemampuan seperti itu, di mana pun berada akan mampu bertahan dari berbagai hambatan dan mampu memecahkan masalah kehidupan. Dalam prakteknya, pendidikan yang berlandaskan aliran progresivisme memerlukan model yang sesuai. Di Indonesia, pendidikan seringkali mendapat kritikan dari berbagai pihak, karena dianggap belum memiliki model yang jelas dengan acuan yang pasti, bahkan ada yang menganggap bernuansa coba-coba. Alasan yang sering dikemukakan karena penampilan pendidikan itu sendiri masih abstrak dan masih belum menyentuh realitas budaya Indonesia yang khas. Berkaitan dengan konteks pendidikan modern saat ini, pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan corak atau pola pemikiran rasionalis-empiris, kemudian berkembang berbagai konsep atau teori pendidikan nativisme, empirisme, dan konverguensi. Di samping itu, muncul pula aliran progresivisme, essensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme. Dalam konsep seperti itu, peserta didik diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya baik secara fisik maupun cara berpikirnya. Peserta didik bebas juga dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Dengan demikian, progresivisme tidak menyutujui pendidikan otoriter,sebab akan mematikan daya kreasi peserta didik baik secara fisik mapupun psikis. Barnadib, 1997. Berkaitan dengan hal tersebut, John Dewey sebagai salah seorang tokoh progresivisme, memiliki peranan yang cukup besar. Dimana alirannya ini sangat berpengaruh terhadap pembaharuan pendidikan dan dengan pandangannya, progresivisme dianggap sebagai the liberal road to culture dalam artian bahwa liberal berarti berani toleran dan transparan. Esensialisme 1. Pengertian Pada dasarnya, filsafat pendidikan esensialisme bertitik tolak dari kebenaran yang dianggap telah terbukti selama berabad-abad lamanya. Jika dilihat dari segi proses perkembangannya, esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 36 idealisme dan realisme. Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide, apabila hanya mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran tersebut bersifat elektik, yakni keduanya berposisi sebagai pendukung, tidak ada yang melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan ciri masing-masing Anwar, 2015. 2. Karakteristik Essensialisme Esensialisme yang bekembang pada zaman renaissance mempunyai tinjauan yang bebeda dengan progresivisme, yaitu mengenai pendidikan dan kebudayaan. Progresivisme menganggap bahwa pendidikan penuh dengan fleksibilitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran, serta nilai-nilai yang dimilikinya dapat berubah dan berkembang. Oleh karena itu, aliran esensialisme memandang bahwa pendidikan bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk yang dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Maka dari itu, idealnya pendidikan harus berpijak di atas nilai-nilai yang sekiranya dapat mendatangkan kestabilan, telah teruji oleh waktu, tahan lama, serta nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan telah terseleksi Anwar,2015. Adapun nilai-nilai yang dianggap dapat dijadikan pijakan, yaitu nilai-nilai yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan abad kesembilan belas Barnadib, 1997. 3. Konsep Pendidikan Esensialisme Kaum esensialis mengemukakan bahwa sekolah harus melatih, mengajar, atau mendidik peserta didik untuk mampu berkomunikasi dengan jelas dan logis, Keterampilan-keterampilan inti kurikulum harus berupa membaca, menulis, berbicara dan berhitung. Selain itu, sekolah bertanggungjawab untuk memperhatikan penguasaan peserta didik terhadap keterampilan-keterampilan tersebut, karena implementasi kurikulum membutuhkan dukungan media, sarana, dan lingkungan yang memadai. Menurut filsafat esensialisme, pendidikan sekolah harus bersifat praktis dan memberi pengajaran yang logis dan mampu mempersiapkan suatu keterampilan bagi kehidupan peserta didik. Dalam hal ini, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan sosial. a. Tujuan Pendidikan Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Budaya tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam tempo lama. Selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan manusia untuk hidup. Namun demikian bukan berarti sekolah lepas tanggung jawab, akan tetapi memberi kontribusi tentang bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, yang pada akhirnya memenuhi kebutuhan peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan. c. Kurikulum Beberapa tokoh aliran esensialisme memandang bahwa kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran atau subjek matter centered dan berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat. Penguasaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang bersifat essensialisme general education yangdiperlukan dalam hidup. Belajar dengan tepat berkaitan dengan disiplin yang diyakini akan mampu mengembangkan pikiran peserta didik dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik di sekitarnya Barnadib, 1997. Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 37 Dengan demikian, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di duni dan akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut isi pendidikan mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran dari suatu kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam proses perkem-bangannya, kurikulum esensialisme mene-rapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme, behavriorisme, dan sebagainya sehingga peranan lembaga pendidikan formal atau sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan dapat berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di lingkungan masyarakat. d. Peranan Guru dan Sekolah. Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi muda dewasa ini, melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak persamaan dengan perenialisme. Guru memegang peran lebih khusus, di mana guru dianggap sebagai seorang yang menguasai lapangan, subjek khusus dan merupakan model yang baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang mengusai pengetahuan, ilmu. Dalam pendidikan formal, kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru Barnadib, 1997. e. Prinsip-prinsip pendidikan Prinsip-prinsip pendidikan yang dianut aliran esensialisme adalah sebagai berikut 1 Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, karena pendidikan tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa. 2 Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa. 3 Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. 4 Sekolah harus mempertahankan metode-metode trasdisional yang bertautan dengan disiplin mental. 5 Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata. 6 Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode-metode yang diutamakan dalam proses pendidikan di sekolah. Dengan demikian, pendidikan yang berlandaskan aliran essensialisme berusaha mengenal potensi peserta didik untuk dikembangkan melalui upaya lembaga pendidikan secara sistemik. Dalam hal ini peserta didik didorong untuk belajar sendiri dengan bimbingan dan arahan guru, sedangkan metode tradisional digunakan sebagai upaya pembentukan mental peserta didik melalui internalisasi nilai-nilai budaya yang telah mengakar di masyarakat di mana sekolah itu berada, dalam arti proses pendidikan beserta pembentukan mental peserta didik tidak terlepas dari budaya yang telah teruji dan terbukti unggul di masyarakat bersangkutan. Telaah Komparasi Aliran filsafat progresivisme dan essensialisme merupakan buah pemikiran filsuf barat. Kedua aliran tersebut telah diterapkan di negara-negara barat setelah teori tersebut dipublikasikan oleh tokoh penemunya. Para penganut aliran essensialisme sendiri, dapat mengkritik praktek pendidikan progresivisme karena telah diterapkan dan terlihat hasilnya, diantaranya adalah peserta didik diberi kebebasan mengembangkan potensi dirinya didorong oleh guru yang berfungsi sebagai penunjuk jalan. Dari segi keilmuan memang tampak berkembang pesat, karena peserta didik didorong untuk aktif dan Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 38 kreatif didampingi oleh guru sebagai pasilitator, tetapi terdapat kelemahan dari segi mental dan kering dari nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, kaum essensialis mengemukakan konsep dan gagasan praktek pendidikan yang lebih mementingkan dasar nilai-nilai moral yang diambil dari budaya yang telah digunakan selama berabad-abad di masyarakat. Artinya, substansi pendidikan harus berakar pada budaya yang ada di masyarakat di mana lembaga pendidikan itu berada. Oleh karena itu, penggunaan metode pendidikan harus benar-benar dikuasai guru yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Metode tradisional dianggap paling cocok, karena telah terbukti mampu mewariskan nilai-nilai budaya lokal secara turun temurun. Sifatnya tradisional tetapi telah teruji keberhasilannya. Selain itu, untuk mengendalikan agar peserta didik tidak diberi kebebasan tanpa batas, kaum essensialis mengemukakan pandangannya bahwa sekolah harus mampu menjadi pengendali kontrol terhadap proses pendidikan, sehingga pencapaian tujuan sesuai dengan apa yang diinginkan. Di Indonesia, landasan pendidikan yang mengakar kepada filsafat tersebut, paling tidak landasan progresivisme dan esensialisme belum terbentuk dan nampak secara jelas. Bahkan terdapat kesan dari opini publik bahwa praktek pendidikan di Indonesia bernuansa coba-coba, setiap paradigma yang muncul dikait-kaitkan dengan pola yang pernah diterapkan di negara lain. Padahal, apabila dikaji secara cermat berbagai teori telah ada, tinggal bagaimana para pengambil kebijakan mensikapinya. Secara umum, filsafat yang telah terbentuk secara nyata di Indonesia baru filsafat Pancasila, aliran filsafat lainnya hanya dirujuk secara teoretis parsial. Mensikapi dua aliran filsafat yang memiliki karakter berbeda, untuk dapat diterapkan dalam sistem pendidikan memang bukan pekerjaan gampang. Tetapi secara sederhana, setelah dikaji keunggulan dan kelemahan masing-masing, bisa saja keunggulan dari kedua aliran tersebut digabungkan, dalam arti satu sama lain saling melengkapi. Persis seperti landasan pendidikian secara psikologis, antara nativisme dengan behaviorisme dapat diharmoniskan. Selain daripada itu, bagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, dapat juga mempertimbangkan filsafat pendidikan Islam. Kesimpulan Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan memerlukan paradigma yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yang ingin dicapai. Banyak aliran filsafat yang dapat dijadikan acuan sebagai landasan, diantaranya adalah aliran progresivisme dan essensialisme yang masing-masing memiliki karakter dan ciri tersendiri. Teori pendidikan yang dirancang berdasarkan filsafat progresivisme yang digagas Jhon Dewey, pada dasarnya mengutamakan lima hal, yaitu a Kurikulum yang baik disusun berdasarkan pengalaman edukatif bersifat eksperimental, disusun secara sistematis dan teratur serta tidak memaksakan diri untuk mengikuti kehendak pembuat kurikulum. b Guru harus memiliki keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sekaligus menguasai bidang ilmu tersebut. Dalam proses mendidik, guru tidak sepatutnya bertindak otoriter terhadap peserta didik, sehingga tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing bagaimana cara belajar yang baik dan benar bagi peserta didik. Dalam hal ini, guru dapat dikatakan memiliki fungsi sebagai petunjuk jalan yang bijak. c Peserta didik memiliki potensi masing-masing individual yang harus diberi kesempatan untuk berkembang secara wajar, aktif, kreatif, dan memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN 2442-7470 39 dalam menentukan langkah dan tujuannya. d Lingkungan merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dengan proses pendidikan sebagai penunjang keberhasilan. e Metode yang digunakan dalam proses pendidikan harus diutamakan dibanding materi ajar, karena metode menunjang proses. Pendidikan esensialisme merupakan suatu aliran yang kurang setuju terhadap praktek pendidikan progressivisme, dengan alasan bahwa pergerakan progresivisme dianggap akan merusak standar intelektual dan moral kaum muda dengan diberikannya kebebasan. Bagi aliran essensial, metode yang digunakan adalah metode tradisional yang menekankan pada inisiatif guru. Dalam hal ini, guru harus orang terdidik dan menguasai ilmu pengetahuan. Selain itu, seluruh aktifitas kelas harus berada di bawah kendali dan penguasaan guru. Secara kelembagaan, esensialis menginginkan agar sekolah berfungsi sebagai subjek proses pewarisan budaya dan sejarah yang mengandung nilai-nilai luhur dari para filosof sebagai ahli pengetahuan dimana nilai-nilai kebudayaan itu masih tetap terjaga dan diterapkan dalam tata kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai moral yang berakar pada budaya masyarakat dijadikan dasar bagi pembentukan mental para peserta didik. Di Indonesia, para pengambil kebijakan bidang pendidikan perlu meningkatkan intensitasnya dalam mengkaji aliran-aliran filsafat tersebut guna diambil manfaatnya demi kemajuan pendidikan secara menyeluruh. Mewaspadai kelemahan disertai dengan mempertimbangkan keunggulan dari aliran progresivisme dan esensialisme merupakan tindakan bijak. DAFTAR PUSTAKA Abudin, Nata. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat Wacana Ilmu dan Pemikiran. -, 2003. Metodologi Studi Islam, Jakarta Raja Grafindo Persada. Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat Pendidikan. Jakarta Prenada Media Group As’adi. Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Bandung CV. Pustaka Setia. Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta Amzah. Al-Abrasyi, Muhammad, Athiyah. 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. terj. Bustami Abdul Ghani dan Bohar Bahri. Jakarta Bulan Bintang. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta PT. Rineka Cipta. Barnabid, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta Andi Offset -. 1994. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode. Yogyakarta. Djumransyah. 2004. Filsafat Pendidikaan, Malang Bayu Media. Edward, P. dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan, Medan UNIMED Press. Muis, 2004. Pendidikan Partisiptif Menimbang Konsep Fitrah dan Progesivisme Jhon Dewey, Yogyakarta Safaria Insania Press. Pidarta, M. 2000. Landasan Kepedidikan, Jakarta Rineka Cipta. Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan, Bandung Remaja Rosdakarya. ... Pengembangan kurikulum ini tidak boleh statis dan dapat diubah Barnadib, 1997. Sudut pandang lain berpendapat bahwa kurikulum harus mempromosikan kreativitas, aktivitas, pembelajaran naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan pengalaman Yunus, 2016. Jadi kesimpulannya, progresivisme menekankan bagaimana menyelesaikan sesuatu daripada informasi apa yang disajikan, dan tidak memiliki kurikulum bagi mereka yang benar-benar menganutnya. ...... 4 Tujuan pendidikan progresif adalah untuk membina kemitraan antara keluarga dan sekolah yang memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengekspresikan semua minat mereka secara organik dan terlibat dalam kegiatan yang mereka butuhkan Mudyaharjo, 2006. Landasan proses pembelajaran berdasarkan filsafat pendidikan adalah bagaimana mengajarkan metode pembelajaran yang tepat, memungkinkan seseorang untuk belajar mandiri dari kenyataan setiap saat, baik di dalam maupun di luar kelas, selama atau setelah menyelesaikan pendidikan formal Yunus, 2016. Berdasarkan pemaparan pandangan metodologi pembelajaran berdasarkan pada perspektif progresivisme dan elearning, dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki kesamaan, terutama dalam sumber belajar dimana progresif dan e-learning samasama memungkinkan siswa menemukan bahan ajar yang berkualitas. ...... Kemandirian dan kebebasan siswa dibangun melalui progresivisme. Siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan keterampilan bawaannya baik secara fisik maupun mental Yunus, 2016. Berkaitan dengan pandangan ini, progresivisme selalu dikaitkan dengan frase "liberal route to culture", yakni liberal bersifat fleksibel cair dan tidak kaku, toleran dan berpikiran terbuka, serta sering ingin mengetahui dan menyelidiki untuk tujuan memperluas pengalaman Mustaghfiro, 2020. ...Adek Nilasari Harahap Azwar AnandaMukhaiyar MukhaiyarTinur Rahmawati HarahapE-learning merupakan ide baru yang lahir dari kemajuan teknologi di bidang pendidikan. Penemuan e-learning sejalan dengan sikap aliran progresivisme yang meyakini bahwa pendidikan harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Masalahnya, aliran progresivisme dan e-learning selain menawarkan perubahan yang tidak hanya merugikan dunia pendidikan, tetapi juga membawa sejumlah kemudahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji e-learning dari sudut pandang progresivisme sehingga dapat dilihat dengan jelas seberapa cocok kedua konsep tersebut dengan pendidikan Indonesia saat ini. Kajian pustaka terhadap berbagai tulisan yang berkaitan dengan e-learning dengan menggunakan teori aliran progresivisme digunakan sebagai bagian dari metode penelitian. Kesimpulannya, ada kesamaan antara filosofi progresivisme dan e-learning, yaitu dari segi arah inovasi dan perubahan pendidikan. E-learning berfokus terutama pada pengembangan teknik pembelajaran, sedangkan progresivisme mencakup pertumbuhan semua aspek pendidikan, termasuk teknik, materi, kurikulum, dan tujuan, agar tetap mengikuti perkembangan zaman. Aliran progresivisme memandang pendidikan sebagai sesuatu yang dinamis dalam bergerak menuju kemajuan zaman, dan e-learning merupakan respon dari dunia pendidikan terhadap perubahan tersebut. Akibatnya, e-learning adalah produk progresivisme.... Filsafat esensialisme ini juga menekankan bahwa sekolah wajib melatih, mengajarkan, dan mendidik siswa untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, serta logis. Kemampuan inti dalam kurikulum diwajibkan memuat membaca, menulis, komunikasi, dan calistung Yunus, 2016. ...... Filsafat ini memiliki sudut pandang bahwa kurikulum yang dipakai merupakan kurikulum yang berorientasi pada materi pelajaran, serta bermula pada pijakan yang ideal serta organisasi yang kokoh. Penguasaan materi pelajaran adalah landasan yang meiliki sifat esensialisme general education yang dibutuhkan dalam kehidupan Yunus, 2016. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat esensialisme adalah aliran filsafat pendidikan dengan tujuan utama dari sekolah adalah pelestarian, serta transmisi elemen kebudayaan manusia. ...Astuti J. CopriadyL. N. FirdausEthnomathematics is considered as a program that aims to learn how students can understand, process, and then use mathematical ideas that can solve problems related to their daily activities. The role of the existence of ethnomathematics is to recognize that there are different ways of doing mathematics taking into account the knowledge of academic mathematics developed by society taking into account different cultures. Essentialism is one of the schools that can contribute and requires a culture in learning mathematics. According to this understanding, education must be based on cultural values that have existed since the beginning of human civilization. The philosophy of essentialism education emphasizes that there is no rigid learning interaction, but rather the meaning of scientific and cultural progress and values that are firmly held in life. The purpose of this paper is to determine the relationship and implementation of the philosophy of essentialism education with ethnomathematics. This article uses the literature study method. The data is obtained from some of the research results contained in books, journals, and proceedings that have a relationship with the title of the article. The results show that the view of essentialism is related to ethnomathematics. Essentialism can make a great contribution to the development and progress in the application of ethnomathematics in schools... Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide, apabila hanya mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran tersebut bersifat elektik, yakni keduanya berposisi sebagai pendukung, tidak ada yang melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan ciri masing masing Yunus, 2016 Konsep Pendidikan Esensialisme Kaum esensialis mengemukakan bahwa sekolah harus melatih, mengajar, atau Kolokium Antarabangsa Penyelidikan Siswazah Pengajian Islam KAPSI 2022 eISBN 978-967-19878-6-5 8 Jun 2022 Platform Dalam Talian Anjuran bersama oleh Universiti Kebangsaan Malaysia, UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, UIN Antasari Banjarmasin, UIN Alauddin Makassar & UIN Jamber 252 mendidik peserta didik untuk mampu berkomunikasi dengan jelas dan logis, Keterampilanketerampilan inti kurikulum harus berupa membaca, menulis, berbicara dan berhitung. Selain itu, sekolah bertanggungjawab untuk memperhatikan penguasaan peserta didik terhadap keterampilan-keterampilan tersebut, karena implementasi kurikulum membutuhkan dukungan media, sarana, dan lingkungan yang memadai. ...... Pendidikan memiliki definisi yang berbeda-beda. Yunus 2016 berpendapat bahwa pendidikan ialah proses penanaman nilai-nilai kemanusiaan pada peserta didik agar memiliki kemampuan untuk memanusiakan manusia. Nurkholis 1970 menuliskan bahwa dalam pendidikan mencakup tiga dimensi yang memainkan peran dalam membentuk dan menentukan nasib serta sifat manusia, ketiga dimensi tersebut ialah individu, masyarakat nasional individu serta realitas materi maupun spiritual. ...Irma SulistiowatiThe philosophy of essentialism holds that a stable foundation is needed in the implementation of education. Educators as centers in process of knowledge and moral transfusion. Learners as passive objects who only accept what is taught by the teacher. The pandemic period provides a change in learning from face-to-face in class to online learning. As for the view of essentialism, the role of educators has changed. In history learning, the control and transfusion of historical knowledge of educators cannot be fully carried out on students. The existence of this change, responds pros and cons in society. People who agree give reasons that online learning allows students to gain the freedom to add insight, but still have a stable foundation in history learning. Meanwhile, the opposing community argues that online learning in terms of essentialism reduces the role of educators in controlling and guiding students. This type of research is a qualitative research with a descriptive approach. The data collection method is observation participant and historical research. Filsafat esensialisme berpandangan bahwa perlu landasan yang stabil dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidik sebagai sentra dalam proses transfusi ilmu dan moral. Peserta didik sebagai objek pasif yang hanya menerima apa yang diajarkan oleh pendidik. Masa pandemi memberikan perubahan pembelajaran dari bertatap muka secara langsung dikelas menjadi pembelajaran online. Adapun dalam pandangan esensialisme peran pendidik menjadi berubah. Pada pembelajaran sejarah kontrol dan transfusi ilmu sejarah pendidik tidak bisa sepenuhnya dilakukan pada peserta didik. Adanya perubahan ini memberikan tanggapan pro dan kontra dalam masyarakat. Masyarakat yang setuju memberikan alasan, bahwa pembelajaran online memberikan kesempatan peserta didik kebebasan dalam menambah wawasan namun tetap memiliki landasan yang stabil dalam pembelajaran sejarah. Sedangkan masyarakat yang menentang berpendapat bahwa pembelajaran online dalam sudut esensialisme mengurangi peran pendidik dalam mengontrol dan membimbing peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun metode pengumpulan data adalah observasi partisipan dan penelitian sejarah.... Hal ini terjadi sebab siswa secara alamiah akan berupaya mencari tahu dengan mempelajari apa yang ada di sekitanya supaya kebutuhan hidupnya dapat dipenuhinya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan memberikan kepada siswa suatu minat yang jelas dalam mempelajari berbagai persoalan Yunus, 2016. Pandangan ini melihat bahwa siswa seharusnya dididik agar menjadi insan yang mampu melihat dan memahami kehidupan di masa yang akan datang sebagai salah satu cara membuat kehidupan menjadi lebih baik lagi. ...... A curriculum based on the philosophy of progressivism emphasizes a flexible and open curriculum that can be changed, shaped, and developed according to the times and science and technology. Curriculum development in progressivism must be based on student's needs, interests, and initiatives, not frozen, and can be revised so that what is suitable is an experience-centered curriculum practice Barnadib, 1990;Yunus, 2016. ...Blended learning research has been developed recently. Still, research has yet to examine the rationale for emerging trends and issues regarding TPACK and Blended Learning in terms of educational philosophy. This article focuses on analyzing blended learning based on TPACK Technological Pedagogical Content Knowledge from the perspective of the philosophy of progressivism. The educational philosophy of progressivism requires making progress consistently and applying it comprehensively, constructively, and innovatively. In progressivism philosophy, every human being also needs a change to be invariably developed and get improvement. The research method used is qualitative. This research uses library research to explore relevant concepts using various writings on blended learning and TPACK and then analyzed using the progressivism theory. This article explores the results of a literature review on blended learning, TPACK, and progressivism philosophy. A few books and articles published from 2006 to 2021 were searched using Harzing's Publish and Perish through Scopus, Google Books, and Google Scholar databases. The systematic review followed the PRISMA Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses guidelines. The literature review includes 44 articles and books on blended learning, TPACK, and progressivism philosophy. In this context, a conclusion can be drawn where TPACK-based Blended Learning is an innovation in education following the needs and developments of the times, which is the implementation of the philosophy of progressivism. TPACK-based blended learning results from the philosophy of progressivism, which considers education to be moving in the direction of the times. The philosophy of progressivism requires a fundamental change in the implementation of education towards a better, quality, and real benefit for students. Rino RichardoRima Aksen Cahdriyanap class="15">Tujuan penelitian untuk mendeksripsikan konsep filsafat esensialisme, pandangan esensialisme terhadap belajar, pendidik dan sekolah, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka MBKM, serta posisi esensialisme dalam program MBKM. Penelitian ini merupakan studi pustaka library research . Sumber data merupakan buku dan artikel ilmiah elektronik. Teknik pengumpulan data yaitu menelusuri data secara online melalui database google cendikia. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Hasil kajian dalam studi ini menunjukkan bahwa esensialisme sebagai filsafat pendidikan berperan dalam memberikan dasar pijakan dalam mengembangkan kebijakan redesain kurikulum berbasis MBKM, sehingga kegiatan MBKM dapat memfasilitasi tercapainya kompetensi utama sekaligus kompetensi tambahan bagi mahasiswa. AliranFilsafat Progressivisme. Aliran Filsafat Progressivisme | Progressivisme dalam pendidikan Amerika berawal sebagai reaksi perlawanan terhadap paham formalisme dan verbalisme dalam pendidikan tradisional. Asosiasi Pendidikan Progresif, yang diselenggarakan pada tahun 1919, meminta berbagai anggota dari sekolah swasta eksperimental dan 80% found this document useful 5 votes8K views6 pagesDescriptionSalah satu macam aliran filsafatCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?80% found this document useful 5 votes8K views6 pagesAliran Filsafat Progresivisme Aliran Filsafat Progresivisme Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang. Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat progresivisme adalah sebagai berikut  Kelebihannya Ø Nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan. Ø Toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Ø Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Ø Menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.  Kelemahannya Ø Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu Ø Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar. Ø Progresivisme bergantung pada minat dan spontan. Ø Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan. Progresivisme telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Filsafat progressivisme merupakan The Liberal Road of Culture kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Untuk mencapai perubahan tersebut manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat fleksibel, curious ingin mengetahui dan menyelidiki, toleran dan open minded. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.  Kelebihan filsafat progresivisme - Nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan. - Toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. - Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya - Menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru  Kelemahan filsafat progresivisme - Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu - Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar - Progresivisme bergantung pada minat dan spontan - Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan Aliran Filsafat Rekonstruksionisme Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme, gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Aliran filsafat rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. maka dari itu rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturuanan, nasionalisme, agama kepercayaan dan masyarakat bersangkutan. Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki aliran filsafat rekonstruksionisme dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut  Kelebihannya Ø Membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Ø Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum disusun untuk menyoroti kebutuhan akan beragam reformasi sosial Ø Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Ø Rekonstruksionisme menekankan pada pengalaman yang dimiliki para siswa dengan interaksi ekstensif antara guru dan siswa dan diantara para siswa itu sendiri. Ø Melalui suatu pendekatan rekonstruksionis sosial pada pendidikan, para siswa belajar metode-metode yang tepat untuk berhadapan dengan krisis-krisis signifikan yang melanda dunia. Kelemahannya Ø Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, beban dan tanggung jawab sekolah sangatlah berat. Ø Tawaran pemikiran yang direkomendasikan oleh rekonstruksionisme seperti keterlibatan aktif dunia pendidikan pada dunia politik akan berdampak buruk pada aktivitas pendidikan yang secara akdemik terlalu sakral yang kemudian untuk dicemari oleh intrik-intrik poloitik yang kotor dan menghalalkan segala cara untuk memuaskan nafsu kekuasaan sebuah kelompok politik tertentu. Ø Rekonstruksionisme bersifat makro, dan kurang menitikberatkan pada individu, padahal pendidikan seharusnya bertujuan untuk membangun kepribadian yang didalamnya terdapat kebagusan akal budi dan moralitas individu ahlak. Pendidikan tidak hanya ingin melahirkan para aktivis sosial, akan tetapi juga manusia yang bermoral, berkarakter, dan memiliki spiritualitas cukup. Ø Gagasan-gagasan yang ada di dalam rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak realistik. Karena gagasan seperti pembentukan tatanan sosial baru yang sangat ideal sebagai solusi atas bencana kemanusiaan yang terjadi, ibarat “mimpi disiang bolong”, sebab upaya tersebut seolah mengabaikan kondisi rill umat manusia saat ini. Aliran Filsafat Esensialisme Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Aliran filsafat esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia. Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat esensialisme adalah diantaranya sebagai berikut Esensialismeyang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini memandang bahwa

Esensialisme dianggap sebagai pandangan bahwa segala sesuatu memiliki esensi properti atau atribut yang membuat objek atau substansi apa adanya. Maka dari itu setiap benda selalu memiliki spesifikasi atau karakteristik tertentu yang harus dimiliki. Segala hal dari jenis entitas tertentu mungkin memiliki karakteristik lain tetapi ini tidak membentuk atau menghalangi keanggotaannya. Secara umum Esensialisme dapat juga dipahami sebagai pendekatan yang mengasumsikan bahwa orang dan benda memiliki karakteristik umum yang alami dan esensial yang melekat, bawaan dan tidak berubah. Namun, memiliki esensi yang sama dan esensi yang sama pada tingkat yang sama dapat menyebabkan praktik yang tidak diinginkan dalam kehidupan nyata juga. Bahkan kata benda dan kata ganti yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari mencerminkan beberapa konotasi filosofi sebagai sistem kepercayaan tentang realitas berdasarkan bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan orang lain dalam hal keberadaan kita. Bagaimana kita menyapa diri kita sendiri dan orang lain juga mewakili sudut pandang kita terkait dengan hubungan dan interaksi antara kita dan orang lain. Esensialisme sebagai filosofi berdampak pada diferensiasi atau cara penyatuan kita saat menangani segala sesuatu. Pandangan ini sangat kontras dengan Non-Esensialisme yang menyatakan bahwa tidak ada ciri khusus yang harus dimiliki oleh setiap jenis entitas tertentu, dan dengan Nominalisme yang menyatakan bahwa konsep abstrak, istilah umum atau universal tidak memiliki keberadaan independen tetapi hanya ada sebagai nama. Suatu esensi mencirikan substansi yang permanen , tidak dapat diubah dan abadi , atau suatu bentuk. Esensialisme secara umum dapat dicirikan sebagai doktrin bahwa setidaknya beberapa objek memiliki setidaknya beberapa properti esensial. Karakterisasi ini tidak diterima secara universal, tetapi tidak ada karakterisasi; dan setidaknya yang satu ini memiliki keutamaan karena sederhana dan terus terang. Esensialisme dalam filsafat menekankan bahwa orang dan benda memiliki ciri-ciri alamiah dan ciri-ciri ini melekat, bawaan dan tidak berubah karena keduanya menyusun esensi makhluk itu. Dengan kata lain, entitas atau makhluk memiliki esensi yang mendasari dan tidak berubah dan ini diperlukan untuk identitas dan fungsinya, yang dengannya ia diidentifikasi. Dalam pendidikan, esensialisme adalah filosofi atau pendekatan pendidikan yang mengasumsikan dan mengusulkan bahwa semua anak harus mempelajari disiplin tradisional dan mata pelajaran esensial dasar secara menyeluruh dan setara. Ini dapat didefinisikan sebagai doktrin bahwa konsep tradisional tertentu, cita-cita, dan keterampilan yang penting bagi masyarakat harus diajarkan secara menyeluruh dan metodis kepada semua siswa, tanpa mempertimbangkan kondisi, kapasitas, kemampuan, kebutuhan, dan minat individu. Tujuan utama pendidikan esensialis adalah untuk mentransfer pengetahuan tradisional dan warisan budaya dari masyarakat dan peradaban tertentu kepada siswa. Kurikulum inti melayani hal ini ketika mencakup mata pelajaran tentang lingkungan sekitar dan hukum alam yang dasar dan tidak berubah. Disiplin yang mendorong gaya hidup yang lebih bahagia dan lebih terpelajar dimasukkan ke dalam kurikulum untuk tujuan ini. Jenis Esensialisme 1. Esensialisme Mereologis Esensialisme Mereologis adalah pandangan bahwa benda memiliki bagian dasarnya. Oleh karena itu, jika sebuah benda kehilangan atau memperoleh bagian, ia akan lenyap secara efektif karena ia tidak akan menjadi benda yang sama lagi. 2. Esensialisme Etis Esensialisme Etis ialah pandangan bahwa beberapa hal yang salah dalam esensial atau mutlak akal, melanggar universal, objektif dan alami hukum moral dan bukan hanya sebuah adventif. 3. Esensialisme Epistemologis Esensialisme Epistemologis adalah pandangan bahwa semua entitas memiliki sifat intrinsik yang dapat dilihat dengan nalar. 4. Esensialisme Sosiologis Esensialisme Sosiologis adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa posisi tentang gender, seksualitas, ras, etnis atau karakteristik kelompok lainnya adalah ciri- ciri tetap , tidak memungkinkan adanya variasi antar individu atau seiring waktu. 5. Esensialisme Pendidikan Esensialisme Pendidikan adalah teori pendidikan yang menyatakan bahwa anak-anak harus mempelajari mata pelajaran dasar tradisional dan bahwa ini harus dipelajari secara menyeluruh dan ketat. Esensialisme dalam dunia pendidikan biasanya akan mengajarkan anak-anak untuk dapat berpikir secara progresif , dari keterampilan yang tidak terlalu rumit hingga yang lebih kompleks. Rekomendasi Video Esensialisme esensialisme adalah,esensialisme dalam pendidikan,esensialisme artinya,esensialisme pendidikan,esensialisme adalah suatu aliran dalam pendidikan yang menganggap bahwa,esensialisme filsafat pendidikan,esensialisme menurut para ahli,esensialisme dan perenialisme,esensial adalah,aliran esensialisme,aliran esensialisme dalam pendidikan,aliran esensialisme dalam filsafat pendidikan,esensial adalah dan contohnya,esensial adalah brainly,arti esensialisme,essential botanical,esensial bahasa inggrisnya,esensial baku,esensial bandung,esensial bersifat,esensial bahasa lain,esensial barang adalah,esensialisme cenderung ke progresivisme atau perenialisme,contoh esensialisme,esensial cypress,esensial contoh,esensialisme dan eksistensialisme,esensialisme di indonesia,esensialisme dalam melakukan gerakan pendidikan bertumpu pada,esensialisme dalam filsafat,definisi esensialisme,esensial dalam kbbi,esensialisme eklektik perenialisme progresivisme dan rekonstruksi sosial,esensialisme etnis,esensialisme filsafat,esensial forte,filsafat esensialisme dalam pendidikan,filsafat esensialisme adalah,filsafat esensialisme adalah aliran pendidikan yang mengutamakan pelajaran,filsafat esensialisme pdf,essential fairnes,esensial geografi,esensial geografi yang berkaitan dengan bentuk muka bumi adalah,esensial geografi adalah,essential goods,gerakan esensialisme,esensial geografi dalam kehidupan sehari-hari,esensialisme hendaknya kurikulum itu bersendikan atas fundamen tunggal,esensialisme hukum adalah,esensial hipertensi adalah,hakikat esensialisme,hubungan esensialisme dengan perenialisme,essential hypertension,implikasi esensialisme dalam pendidikan,implementasi esensialisme dalam pendidikan,internet essential,idealisme esensialisme,esensial istilah,jurnal esensialisme pdf,jurnal esensialisme,jurnal esensialisme pendidikan,esensialisme kbbi,esensial kurikulum 2013,kurikulum esensialisme,konsep esensialisme,esensial kurikulum 2013 adalah,kelebihan esensialisme,esensial kulit lemon,kesimpulan esensialisme,esensialisme latar belakang,esensial lavender,landasan esensialisme,esensial lemon,esensial loreal,l essential,lawan kata esensial,esensialisme makalah,mazhab esensialisme,makalah esensialisme filsafat pendidikan,essential meaning,metode esensialisme,makalah esensialisme dalam pendidikan,esensial mawar,essential natura,esensial nutrisi,esensial negara,essential nama lain,essential oil,essential oil adalah,essential oriflame,essential oil lavender,essential oil untuk bayi,essential oil terbaik,young living essential oil,ontologi esensialisme,esensialisme pdf,esensialisme perenialisme progresivisme dan rekonstruksionisme,esensialisme perenialisme progresivisme rekonstruksionisme,esensialisme pendidikan adalah,esensialisme pendidikan ips,esensialisme pertanyaan,pengertian esensialisme,que es esencial,essential record,esensial rosemary,realisme esensialisme,esensial sinonim,sejarah esensialisme,essential service,security essential,esensial shop,essential shampoo,essential sport,soal esensialisme,tokoh esensialisme,teori esensialisme,esensial tremor,teori esensialisme dalam pendidikan,tujuan esensialisme,esensial trombositosis,teori esensialisme pdf,essential tablet,essential vaistai,essential worker,wardah essential,essential work,esensial water,windows essential,essential windows 7,essential wiki,esensial young living,esensial yaitu,pandangan esensialisme yang diterapkan di sekolah dasar,essential 3

FilsafatPendidikan Esensialisme. Selain itu sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan aliran
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A. Pengertian EsensialismeEsensialisme terdiri dari 2 kata, yakni esensi hakikat, inti, dan dasar dan esensial sangat prinsip, sangat berpengaruh, dan sangat peluh. Jadi esendialisme sendiri adalahaliran yang ingin manusia kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama. Aliran ini didasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada awal kebudayaan ini muncul pada zaman prenesence, karena reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dokmatis yang terjadi pada abd pertengahan, jadi prenesence yakni pangkal timbul pikir esensialisme. Pendidikan harus memili nilai-nilai kejelasan dan tahan lama, dan nilai-nilai yang jelas. Aliran ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais hidup yang keduniawian dan materialistik. Tujuannya adalah membentuk seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik. Aliran ini dibutuhkan guru yang dewasa pemikirannya, karena guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excelence, yang mana dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model dan figur yang diteladani oleh peserta didik. Seorang guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan melalui sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga dapat menfikan sesuatu yang konkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi kustru mengacu pada hal yang konkret, individual, dan dinamis. Contohnya seperti penanaman budi pekerti yang baik kepada peserta didik. Karena hal itu akan tertanam dalam jiwa peserta didik begitupun akan teralisasikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga kebudayaan dalam masyarakat menjadi budaya yang baik dan berbudi Kurikulum, Kelebihan, dan Kelemahan Aliran EsensialismeKurikulum aliran ini yakni mengenai Kurikulum dasar, mendekatkanpada keterampilan yang mana mengajarkan pengenalan menengah, terdiri dari pelajaran sejarah, matematika, sains, sastra, da tinggi yang merupakan pelajaran yang disesuaikan keadaan menegakkan pewarisan budaya dan keterampilan pada peserta didik supaya menjadi yang aliran esensialisme Suatu ide/ gagasan manusia diuji sumber dari dasar pendidikan yang flekbilitas, maksudnya memberikan keterbukaan terhadap perubahan dan toleran tidak terikat dengan doktrin berpijak pada yang mempunyai nilai ini berpendapat bahwa perubahan adalah keadaan yang tidak dapat dirubah dalam keadaan guru sebagai model yang baik untuk di gugu dan aliran esensialisme Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan. Para pemikir esensialis umumnya berpandangan filsafat yang berbeda, bahkan memandang ilmu sastra, bahkan pelajaran ipa, teknik dan kejuruan lah penting diperlukan siswa agar memberi kontribus pada ditekankan pada guru, bukan pada siswa. C. Tokoh-Tokoh Aliran EsensialismePelopor aliran esensialisme yakni, William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandel. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan sejarah budaya dan sejarag bagi generasi William C. Bagley yakni Minat yang kuat dan tahan lama tumbuh dari upaya belajar yang dapat menarik kedisplinan sebagai tujuan pendidikan. Bagi individu dan bangsa kebebasan yang sesungguhnya yakni suatu yang dicapai melalui perjuangan, bukan adalah teori tentang pendidikan, sedangkan progresivisme memberi teori yang lemah. bagley dan rekan-rekannya memilki kesamaan dalam pemikirannya, yakni pergerakan progresif telah merusak standar intelektual dan moral kaum muda. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mengutamakan minat masyarakat. 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
Иν ևյиጻуΚօзεք ֆаЩυшешаռևт υξէμከ
Шаդωፊθνፁλ псጸዐиኢևИσу φКуцոσуηυηа еп βевоκυзвխ
Иςኃዑоծабяպ ιፆሂлըч ևйօլጽАфихыնу зеπинишθЕз ерсажխ
Буχа табишонኬղа ጸпсዝշኣохукт леժαст օНажашеሯ уйаፐօлը
Иμոх ևμасвацПах икрοտεЗወвυгፕвоኮω л
Кուзαሊու ς авыፕθψէшጵтፓνխςሯπ γепсоքЕቪυвраኝу βузա հаጨаրе
PmY8Z.
  • 47hc5j97sn.pages.dev/302
  • 47hc5j97sn.pages.dev/244
  • 47hc5j97sn.pages.dev/434
  • 47hc5j97sn.pages.dev/199
  • 47hc5j97sn.pages.dev/548
  • 47hc5j97sn.pages.dev/243
  • 47hc5j97sn.pages.dev/348
  • 47hc5j97sn.pages.dev/499
  • kelebihan dan kekurangan aliran esensialisme